Senin, 14 Februari 2011

Kiblat Pengobatan


Banyak kiblat pengobatan pada zaman sekarang ini, namun setidaknya ada lima kiblat pengobatan yang dikenal luas oleh umat manusia, diantaranya:
1. Alopati
Harus diakui bahwa pengobatan konvensional yang berasal dari barat ini memiliki banyak kelebihan seperti penggunaan teknologi modern untuk mendeteksi penyakit (clinical diagnosis), melakukan operasi (pembedahan) pembuatan obat-obatan (farmakologi), penanganan mata (optalmologi), penghilang rasa atau bius (anestisologi). Selain itu pengobatan konvensional telah dilengkapi dengan berbagai temuan mutakhir dalam kasus-kasus tertentu. Seperti penanganan kecelakaan, cedera pemindahan organ tubuh, cangkok dsb.
Namun memiliki kelemahan yang tidak sedikit bahkan sangat membahayakan kehidupan manusia. Seperti yang disinyalir oleh Dr. Paapo Airola seorang dokter kebangsaan Amerika mengatakan bahwa semua obat ‘dadah’ (obat kimia yang digunakan dalam pengobatan konvensional) menyebabkan efek samping yang sangat berbahaya. Hal ini senada dengan Dr. Ivan Ilich dalam bukunya “limits to Medicine” (1926) setelah selama satu abad mengejar sebuah impian tentang pengobatan, kini ditemukan hikmah bahwa dunia pengobatan ternyata tidak banyak membuat perubahan yang berarti beberapa waktu yang lalu. Jadi secara sederhana obat-obatan kimia sintetis ialah obat yang bisa menyembuhkan satu penyakit dan menimbulkan penyakit lain yang lebih parah diesok hari, inilah side effect, efek samping dari pengobatan konvensional.
Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari sifat obat-obatan kimia. Pertama, bersifat sementara, kalau kita cermati iklan obat-obatan, memakai istilah meredakan bukan menyembuhkan, karena memang demikian halnya, ketika seorang pasen sakit lalu memakai obat-obatan kimia maka gejala sakitnya menjadi hilang karena sifat dari pengobatan konvensional ini bersifat symptomiatic treatment, menghilangkan gejala sakit saja. Sederhananya dengan cara seperti ini urat sarap yang menuju tempat sakit ini ditekan agar tidak sakit (analgetik), penahan rasa sakit saja. Kelebihannya pasen lebih cepat sembuhnya, kelemahannya tidak menyembuhkan bahkan dalam kasus lain jadi kecanduan obat karena bila tidak makan obat itu rasa sakitnya datang kembali bahkan bertambah dosis juga ketergantungan obat.
Kedua, bersifat menipu, ketika kita sakit kepala dan makan obat kimia maka dengan cepat sakitnya hilang. Ada beberapa obat yang fungsinya mengalihkan perhatian otak. Otak dirangsang untuk tidak tertuju akan rasa sakit, namun dialihkan akan hal-hal lainnya.
Dari pemaparan kedua sifat ini terlihat bahwa meredakan dan mengalihkan bukanlah menyembuhkan semakin kita banyak mengkonsumsi obat berarti semakin banyak pula kita menimbun racun dalam usus kita, hal ini yang mengkombinasikan sakit yang tidak diobati dan penimbunan racun yang terus menerus menimbulkan efek komplikasi pada diri kita, yaitu rusaknya atau tidak berfungsinya organ-organ tubuh kita secara sempurna seperti jantung, lever, ginjal dll.
Ketiga, bersifat keras, kita mengenal antibiotik, hampir setiap kali kita berobat diberi antibiotik, secara harfiah antibiotik bermakna anti=tidak,melawan biotic=hidup, jadi antibiotik ini ialah obat yang melawan kehidupan. Maksudnya ialah dalam tubuh kita ada dua bakteri, menguntungkan dan merugikan. Ketika kita sakit berarti bakteri merugikan lebih mendominasi dibanding bakteri menguntungkan. Dengan pemberian antibiotik bakteri merugikan ini dibunuh populasinya supaya berkurang hanya saja efek sampingnya bakteri menguntungkanpun ikut terbunuh, maka wajar kita sembuh dari satu penyakit tapi ketika bertemu dengan penyakit lain kita gampang sekali terserang karena imuniti tubuh kita menjadi lemah, dalam kasus yang lain ada jantung berdebar ataupun lemas dibagian kaki terutama lutut setelah mengkonsumsi antibiotik.
Di dalam Convention Of Medical Heretic, Robert S. Mendelsohn berkata hampir 100 % antibiotik yang diberikan tidak perlu. Dia yakin bahwa antibiotik hanya diperlukan 3 – 4 kali dalam hidup. Sebuah buku baru Bad Treatmen, Bad Doctor yang ditulis oleh seorang radiologis Universiti Keio Jepang, menjelaskan bahwa ada kecenderungan penggunaan antibiotik untuk demam selsema biasa secara berlebihan. Hal ini mengakibatkan tubuh menjadi lemah tetapi virus dan bakteria menjadi semakin kuat.
2. Mistis
Diakui ataupun tidak sejak zaman purba hingga zaman sekarang praktik pengobatan seperti ini sangatlah disukai oleh masyarakat banyak minimal terkelabui dengan imbing-imbing penyebutan nama Allah dan Al Qur’an padahal Rasulullah telah bersabda:
من أتى كاهنا فسأله عن شيء فصدقه فقد كقر بما انزل على محمد ص ومن اتى كاهنا ولا يصدقة لم تقبل له صلاة اربعين يوما.
(رواه الطبراني)
“Barang siapa yang datang kepada dukun menanyakan suatu perkara lalu membenarkan ucapan dukun itu, kufurlah ia terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW, dan barang siapa datang dan tidak membenarkannya, tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh hari. (HR. Thabrani)
Kita mesti mewaspadainya, mengandalkan kekuatan mistis, terkadang pengobatannya non logis, tidak masuk diakal, bahkan melanggar sunnatullah. Bisa jadi setelah kita berobat jadi sembuh, tapi tetap kesembuhan itu dari Allah swt. Bahkan bisa jadi kesembuhan yang kita dapatkan dari mereka hanya merupakan Istidroj (sungkunan) dari Allah.
3. Ayurveda
Salah satunya ialah theraphy urine yang diistilahkan dengan TAS (Therapy Air Seni). TAS ini pertama kali dicetuskan 100 tahun yang lalu oleh orang-orang Majusi, yang mustahil dilakukan oleh para ilmuwan/ ahli medis Islam karena dalam hadits-hadits dijelaskan bahwa itu merupakan najis. Namun dalam sejarah di India, ditemukan sebuah dokumen berusia 5000 tahun telah menerangkan praktek TAS yang didalamnya memuat referensi tentang tumbuh-tumbuhan dan obat-obatan yang masih digunakan oleh Ayurvedic masa kini. Dokumen ini berisi 107 ayat (seloha) dinamakan Shivambu Kalpa Vidhi (metode meminum air seni supaya tetap awet muda), dan bagian dari sebuah dokumen yang disebut Damar Tantra.
Air seni dalam bahasa mereka disitilahkan Shivambu yang secara harfiah berarti air Shiva, Dewa teringgi dalam kepercayaan India. Sekurang-kurangnya ada 35 buku berbahasa Inggris dan 2 buku berbahasa Indonesia yang dapat dijadikan nara sumber TAS tetapi tak satupun yang dapat meyakinkan kita tentang keilmiahannya apalagi keilahiahannya atau islaminya, sebab dari 37 buku yang diterbitkan tahun 1918 yang ditulis oleh Dr. Charles H. Duncan, jelas-jelas merupakan buku yang ditulis oleh orang-orang Nasoro asli.
4. Yin & Yang
Pengobatan ini lahir dari negeri Cina. Ilmu pengobatan cina memang telah maju sejak 2500 tahun SM, sebelum berkuasa kaisar Yao. Disebut Yin & Yang karena pengobatan ini erat hubungannya dengan kepercayaan terhadap dua dewa yang menjadi unsure penting, yaitu Yin (dewa bumi) dan Yang (dewa langit). Keduanya mempengaruhi alam dan isinya, dalam diri manusia juga terdapat unsure Yang dan Yin itu, jika keduanya seimbang manusia menjadi sehat dan jika tidak seimbang, manusiapun menjadi sakit.
Banyak terapi yang digunakan dalam pengobatan ini diantaranya Akupuntur, Akupresur, pijatan dengan tangan, togkat, biji-bijian, batu kasar, batu halus, dan batu giok, ada juga dengan jamu-jamuan, sihir, dengan magent tubuh dan lain-lain.
Namun pengaruh budha cukup kuat hingga mempengaruhi pembemdaharaan pengobatan mereka yang sekarangpun banyak kita kenal yaitu senam-senam yang berpangkal pada Yoga, yaitu pengobatan dengan pengaturan nafas yang sebenarnya berasal dari ajaran Dahtayana. Pengobatan yang awalnya terbatas ditingkat biara-biara Budha maka wajar bila didalamnya mengandung unsure mistik. Pengobatannya dilakukan dengan cara rabaan renggang dan pemusatan tenaga lalu dihubungkan dengan kepercayaan-kepercayaan terhadap gangguan ruh-ruh dan makhluk halus, yang ia usir dengan pancaran “Sinar Putih” dan “Tangan Sakti”. Mereka menyebut kekuatan itu dengan “Chie”.
Sesungguhnya Yoga itu termasuk cara peribadatan Budha dan Hindu. Menurut penganut ajaran Budha, dengan Yoga meditasi, konon kabarnya jiwanya dapat bersatu dengan “Budha atau bersatu dengan Brahman atau Mahatman” menurut agama Hindu.
5. Thibbun Nabawi
Ialah pengobatan cara Nabi. Pengobatan yang mulai dilupakan orang hari ini. Maka wajar bila eksistensinya timbul tenggelam. Kalah oleh pengobatan konvensional yang jelas-jelas mengandung banyak efek samping. Nabi kita memang tidak diturunkan sebagai seorang tabib, namun kita yakin bahwa yang disabdakan Rasul ialah merupakan wahyu. Ciri khas dari pengobatan ini bersifat ilahiah dan alamiah. Sesuai dengan konsep Islam yang bersifat fitrah, dari mulai aqidah, ibadah, muamalah demikian juga dalam pengobatannya.
Seperti yang disebutkan oleh DR. Ja’far Khadem Yamani, Syari’ah Islam yang dibawa Nabi SAW terkandung nilai-nilai ath thib (kedokteran) yang murni dan tinggi. Karena prinsip dari syaria’ah Islam ialah membawa maslahat umat manusia pada masa sekarang dan yang akan datang. Bila kita perhatikan ternyata ulama-ulama pendahulu seperti As Suyuthi, Ibn Qayyim selain faqih mereka juga dikenal sebagai tabib yang professional.
Bahkan Imam Bukhari, Imamul Muhadditsin dikenal sebagai ahli hadits yang pertama kali menyusun kitab Ath Thibun Nabiy, didalamnya terdapat lebih dari 80 hadits yang bekaitan dengan kedokteran. Terapi yang beliau sukai ialah terapi madu (herba) dan bekam (Al Hijamah). Hal ini termaktub dalam kitab Shohih Bukhari dalam Kitab Ath Thib :
عن ابن عباس قال عن النبي ص الشفاء فى ثلاث : بشربة عسل, وشرطة محجم, وكية نار وانهى عن الكي. رواه البخاري
“Dari Ibn ‘Abbas ra. Dari Nabi SAW telah bersabda : Kesembuhan (Obat) itu ada pada tiga perkara yaitu minum madu, berbekam dan berkay dengan api, dan aku melarang umatku berkay dengan api itu”. (HR. Bukhari)

Terapi Herba & Bekam Sebagai Solusi
Jauh sebelum Islam datang bahkan 5000 th sebelum masehipun praktik pengobatan sudah ada. Dan bukan hal yang mustahil zaman Rasulullahpun sudah tersebar banyak cara pengobatan, termasuk didalamnya terapi herba dan bekam, namun dari sekian banyak terapi, Rasulullah SAW memilih dua terapi ini sebagai ikhtiyar memperoleh kesembuhan dari As Syafi, Allah Yang Maha Penyembuh.
Terapi herba, ialah terapi dengan tumbuh-tumbuhan yang mengandung obat hal ini diambil dari sabdanya “Bi Syarbati ‘Asalin” (minum madu). Karena sekurang-kurangnya seekor lebah hinggap di 144 macam tumbuh-tumbuhan, bisa kita bayangkan berapa ribu sari herba yang kita minum dalam tiap sendok madu. Kemudian oleh para tabib-tabib terdahulu diurailah herba-herba ini menjadi lebih spesifik untuk proses dan dosis yang tepat dalam mengobati penyakit. Maka wajar bila lambang apotik Islam berlambangkan herba.
Kelebihan herba diantaranya ialah probiotik (tidak antibiotik),meningkatkan imunitas tubuh, tidak akan terjadinya efek samping, mengandung nutrisi, makanan, vitamin dan mineral organic, serta mengobati kesumber sakit, causa (penyebab) penyakit dan tidak hanya mengobati satu macam penyakit, salah satu contohnya ialah tempuyung/jombang (Jawa), atau lalakina, galigug, lempung, rayana, lampuyang (Sunda), Sonchus arvensis L (latin), yang ada disekitar kita bahkan dengan mudah kita dapatkan memiliki khasiat yang luar biasa, diantaranya dapat mengobati : batu saluran kencing, batu empedu, radang usus buntu (apendisitis), jantung, radang payu dara (mastitis), disentri, wasir, beser mani (spermatorea), darah tinggi (hipertensi), pendengaran berkurang (tuli), rematik gout, memar, bisul dan luka bakar.
Dalam pengobatan alopati banyak yang belum diketemukan obatnya, virus HIV misalnya, penderita AIDS divonis tidak akan sembuh, suatu penyakit yang disebut adzab dari Allah, namun akankan Allah SWT memberikan penyakit tanpa ada obatnya termasuk pada seorang bayi yang lahir dari perempuan yang positif HIV? Tentu tidak jawabannya, karena dari hasil penelitian National Cancer Institute dari Amerika Serikat telah menemukan senyawa aktif calanolides yang dapat mematikan virus HIV. Senyawa itu diperoleh dari herba species Bintangur (Calophyllum Lanigerum) yang tumbuh dihutan Serawak.
Di Barat, ketika seorang ikhwan kembali dari Jerman, beliau mengungkapkan bahwa kedudukan terapi herba lebih banyak diminati dibanding obat-obatan konvensional. Bila pasen berobat kedokter maka ditanyakan apakah obat-obatan yang ingin anda gunakan, konvensional atau herba? Bahkan ada kecendrungan dokter yang tidak memberikan pilihan seperti itu, ditinggalkan pasen.
Sejak 25 tahun yang lalu Barat menggembor-gemborkan Back to Nature (Kembali ke Alam) namun karena tidak diiringi dengan aqidah maka tak jarang dihinggapi penyakit “TBC”, Takhayul, Bid’ah dan Syirik. Nabi kita 14 abad yang telah lalu telah mengungkapkannya.
Terapi bekam, bekam adalah istilah bahasa Indonesia yang berarti “membuang darah” . Dalam bahasa Arab disebut Al Hijamah, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut “cupping”. Tubuh yang sehat, pikiran yang sehat dan hati yang bersih adalah faktor penting dalam hidup seorang hamba dalam melaksanakan tanggung jawabnya terutama optimalisasi ibadah kepada Allah SWT. Tetapi jika kotoran toksid (racun) dalam badan, hal ini yang menyebabkan statis darah (penyumbatan darah) bahkan diantara penyebab terjadinya penyakit; dimana sistem darah tidak berjalan dengan lancar. Keadaan ini sedikit demi sedikit akan mengganggu kesehatan baik itu fisik ataupun mental seseorang. Kita akan merasa malas, murung, selalu merasa kurang sehat (tidak fit), cepat bosan dan cepat naik pitam/darah (marah).
Statis darah harus dikeluarkan melalui berbagai macam cara, sayangnya obat-obatan alopati tidak mampu bertindak demikian. Namun dengan terapi bekam hal itu sangat memungkinkan untuk mengeluarkan toksid-toksid itu dengan cepat agar badan kita tidak lemah dan diserang penyakit.
Sesungguhnya bekam itu telah dikenal bangsa-bangsa purba sejak kerajaan Sumeria berdiri, lalu berkembang di Babilonia, Mesir, Saba dan Persia. Namun menurut As Suyuthi bekam berasal dari Isfahan. Jadi sebelum Rasul SAW diutuspun bekam telah ada, hanya dari sekian banyak terapi, bekamlah yang Rasulullah pilih hal inilah yang menjadi pertanyaan besar. Bahkan beliau sangat menyenanginya terbukti dari seringnya beliau berbekam dan beliau mengungkapkan sebaik-baiknya pengobatan ialah berbekam, hal ini termaktub dalam riwayat Imam Bukhari:
إن أمثل ما تدويتم به الجحامة والقسط البحري . رواه البخاري

“Sebaik-baiknya pengobatan kalian adalah berbekam dan kayu manis ”
Orang-orang Barat telah lama mengenal pengobatan dengan membuang darah, pada abad ke 18 mereka menggunakan lintah sebagai alat untuk berbekam, pada suatu waktu Perancis pernah mengimpor 40 juta ekor lintah untuk keperluan itu. Lintah-lintah itu akan dilaparkan terlebih dahulu dengan tidak diberi makan, jadi bila ditempelkan pada tubuh manusia dia akan terus menghisap darah dengan begitu sangar efektif sekali. Setelah kenyang lintah itu tidak berusaha lagi untuk bergerak dan terus jatuh. Begitulah lintah mengakhiri “upacara” berbekamnya.
Dulu, ketika penulis belajar hadits, Rasulullah berbekam itu dipandang dengan pengobatan yang sangat kuno juga mengerikan, karena paradigma pengobatan konvensional, juga terbayang torehan benda tajam (pedang, silet, atau kapak kecil) untuk mengeluarkan darahnya. Namun setelah penulis bergabung dengan Himpunan Herbalis Thibbun Nabawwi Bandung, paradigma itu berubah 180 derajat. Karena bekam yang sekarang sesuai dengan perkembangan zaman, ditunjang dengan peralatan yang canggih, berteknologi tinggi dan diakui oleh para dokter juga dari teknik-teknik sterilisasinya demikian pula dalam hal meminimalisir rasa sakit bahkan tidak terasa.
Dari kebanyakan pasen yang dibekam mereka menyatakan tubuh mereka jauh lebih ringan, hal ini dikarenakan peredaran darah menjadi lebih lancar setelah darah statisnya (penyumbatan darah) dikeluarkan, warnanya hitam pekat dan menggumpal, ibarat marus (darah yang diendapkan beberapa waktu).
Sebagian orang berpendapat bahwasannya donor darah juga mengeluarkan darah, namun hemat penulis hal itu bukanlah berbekam, karena yang dikeluarkan bukanlah darah kotor namun darah yang bisa didonorkan tentulah harus bersih dari penyakit. Dan berbekam darah yang diambil tidak sebanyak donor darah, hanya sedikit saja. Apalagi bila diungkapkan apakah donor darah bisa menyembuhkan penyakit ? Sedangkan fakta membuktikan pasen jantung koroner yang divonis harus terus berobat sampai ajal tiba. Karena menurut perawatnya penyakit jantung itu tidak ada obatnya, hal ini kontradiktif dengan sabdanya :
ما أنزل الله داء إلا أنزل له شفاء . رواه البخاري
“Tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan menurunkan penawarnya” (HR. Bukhari)
Setelah selama enam bulan berobat jalan namun tidak ada perubahan yang berarti, stagnan (mandeg). Lantas pasen mencoba dengan terapi bekam dan herba setelah dibekam 3 kali dan terapi herba dalam jangka waktu sebulan setengah, ternyata pasen mengalami perubahan yang luar biasa, Hal ini disebabkan sifat dari terapi bekam itu sendiri yang mampu mengeluarkan darah beku, kotor (berpenyakit), kolesterol, bersifat refunction (memfungsikan kembali organ tubuh) bahkan analgesik (penghilang rasa sakit).
Darah yang diambil dengan Al Hijamah ialah darah yang berada dibawah lapisan jaringan kulit, kapiler, bukan pembuluh pena apalagi arteri. Karena kulit merupakan jaringan terbesar yang ada pada diri manusia yang disanalah beradanya sisa-sia toksid dalam darah.
Dari segi pengistilahanpun mereka (Yahudi & Nasrani Cs) menyebutkan selain cara pengobatan mereka disebut sebagai pengobatan alternatif (pilihan lain selain yang pokok), karena mereka menginginkan cara mereka menjadi nomor wahid didunia dan mengucilkan pengobatan yang sering Rasulullah gunakan bahkan mereka memberikan stigma sebagai pengobatan kuno.
Para ahli sepakat bahwa pengobatan yang baik ialah pengobatan luar dalam. Dengan dua terapi ini, herba dan bekam, merupakan kekuatan sinergis bila dipadukan, bekam sebagai terapi luar, dan herba sebagai terapi dalam yang tidak bisa disembuhkan dengan bekam.
Hemat penulis, maksud dari “Yasyfiyani” , Dialah yang menyembuhkanku, dalam surat Asy Syu’aro diatas tentulah dengan Sunnatullah. Karena sebuah kewajiban kita untuk berikhtiyar mengobati penyakit, lantas Rasulullah memilihkan dengan wahyu dariNya dari sekian banyak terapi yang ada pada waktu itu ialah dengan terapi herba dan bekam. Karena kedudukan Rasulullah SAW sebagai bayan dari firman Allah.
Selama pengobatan itu tidak melanggar syari’at Islam tentu itu diperbolehkan, apapun bentuk dan namanya, hanya apabila kita berobat dengan racikan yang tidak terjamin halalan thayyibannya akankah Allah ridho dengan cara seperti itu ? Sedangkan seluruh sendi kehidupannya hanya mencari RidhoNya. Namun akankah kita belum yakin dengan apa yang disabdakan dan pernah dikerjakan oleh Rasulullah saw ?
Wallahu A’lam Bi As Showab.

Berbekam Ketika Shaum
Bolehkah kita berbekam ketika kita shaum? Rasulullah dalam riwayat Imam Bukhari dijelaskan:
عن ابن عياس قال : احتجم رسول الله ص وهو صائم . رواه البخاري
Dari Ibn Abbas ia berkata : Beliau berbekam padahal beliau sedang shaum.
Imam Asy Syuyuthi menukil pendapat Ibn Umar bahwa berbekam dalam keadaan perut kosong itu adalah paling baik karena dalam hal itu terdapat kesembuhan. Maka disarankan bagi yang hendak berbekam untuk tidak makan-makanan berat 2-3 jam sebelumnya. Dan menurut hadits diatas tidak ada halangan juga tidak membatalkan shaum berbekam ketika kita melaksanakan shaum, dan itu merupakan waktu yang paling baik demikian menurut para tabib dan Rasulpun mengerjakannya, bahkan Imam Bukhari memasukan hadits diatas dalam Bab Kapan Rasulullah Berbekam ? Hadits diatas merupakan jawabannya.
Idealnya kita berbekam sebagai “Tune Up Body” , sebulan sekali, hadits yang diriwayatkan Abu Daud, Rasulullah menjelaskan “Barang siapa yang berbekam pada tanggal 17, 19 dan 21 maka dia akan sembuh dari setiap penyakit. Dalam kesempatan lain Rasulullah menjelaskan bahwa berbekam itu menyembuhkan 72 macam penyakit, meringankan tubuh dan menajamkan pandangan.
Penulis mengajak ikhwan-akhwat yang berminat untuk mempelajarinya, demi izzah (kemuliaan) Islam, karena siapa lagi yang akan menghidupkannya. Karena terapi bekam ini merupakan terapi yang sangat mudah sekali untuk dipelajari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar